Shopping cart

Subtotal Rp0

View cartCheckout

Si Kecil Masih Sering Ngeluarin Air Liur? Ini Penyebab & Cara Mengatasinya!

Melihat si kecil terus-menerus mengeluarkan air liur atau “ngiler” sering kali membuat orang tua khawatir. Apakah ini normal? Apakah ada gangguan kesehatan yang mendasarinya? Pada usia tertentu, produksi air liur yang berlebihan pada bayi dan balita memang tergolong wajar. Namun, jika berlangsung terus-menerus hingga usia yang seharusnya sudah bisa mengontrol air liur, hal ini bisa menjadi pertanda adanya masalah yang perlu diperhatikan lebih serius. Mari kita bahas secara mendalam penyebab umum bayi dan balita sering mengeluarkan air liur, serta bagaimana cara yang efektif untuk bisa mengatasi masalah tersebut.

Baca Juga: Ini Penyebab Bau Mulut pada Anak dan Cara Mengatasinya

Kenapa Anak Sering Ileran? Ini Kemungkinan Penyebabnya

Mengeluarkan air liur atau “ileren” adalah hal yang umum terjadi pada bayi dan balita. Meskipun seringkali dianggap sebagai bagian dari tumbuh kembang yang normal, penting bagi orang tua untuk memahami berbagai faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini terjadi lebih sering atau dalam jangka waktu yang lama. Berikut adalah 6 kemungkinan penyebab anak sering ileran:

  1. Tumbuh Gigi (Teething)

Proses tumbuh gigi adalah salah satu penyebab paling umum ileran pada bayi. Saat gigi mulai menembus gusi, terjadi peningkatan stimulasi saraf dan peradangan ringan yang memicu produksi air liur secara berlebihan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia 4 hingga 24 bulan, dan akan berkurang seiring pertumbuhan gigi yang stabil.

  1. Sistem Otot Mulut Belum Sempurna

Pada usia dini, otot-otot di sekitar mulut, lidah, dan tenggorokan anak belum berkembang sepenuhnya. Hal ini membuat mereka belum bisa mengontrol atau menelan air liur secara otomatis, sehingga air liur cenderung keluar dari mulut. Kemampuan menelan yang lebih baik biasanya berkembang secara bertahap hingga usia 2-4 tahun.

  1. Kebiasaan Bernapas Lewat Mulut

Beberapa anak memiliki kebiasaan bernapas melalui mulut, terutama jika mereka mengalami pembesaran amandel, adenoid, atau hidung tersumbat akibat alergi dan flu. Saat mulut terbuka terus-menerus, air liur akan lebih mudah keluar karena tidak tertahan di dalam rongga mulut.

  1. Infeksi atau Iritasi Mulut

Sariawan, radang tenggorokan, atau infeksi virus seperti flu atau hand, foot, and mouth disease bisa membuat anak merasa tidak nyaman saat menelan. Akibatnya, air liur menumpuk di dalam mulut dan akhirnya keluar tanpa disadari.

  1. Gangguan Neurologis atau Perkembangan

Pada sebagian kasus, ileran berlebihan bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem saraf atau keterlambatan perkembangan. Kondisi seperti cerebral palsy, autisme, atau gangguan bicara dapat memengaruhi kontrol motorik di area mulut sehingga anak sulit menahan atau menelan air liurnya.

  1. Refleks Menelan yang Belum Matang

Bayi yang baru lahir memang belum memiliki refleks menelan yang terkoordinasi dengan baik. Seiring bertambahnya usia dan latihan makan serta berbicara, sistem ini akan berkembang. Namun jika refleks ini terlambat matang, air liur akan lebih sering keluar dari mulut.

Kapan Ileran Harus Dikhawatirkan?

Meski sering dianggap sebagai hal normal dalam tumbuh kembang anak, ileran yang terjadi secara terus-menerus atau muncul di luar usia wajar bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan tertentu. Orang tua perlu tahu kapan kondisi ini perlu mendapatkan perhatian medis lebih lanjut. Berikut beberapa kondisi yang patut diwaspadai:

  1. Ileran Terus Terjadi Setelah Usia 4 Tahun

Pada umumnya, anak sudah mampu mengontrol air liurnya secara optimal setelah usia 3 hingga 4 tahun. Jika pada usia tersebut si kecil masih sering mengeluarkan air liur secara berlebihan, sebaiknya konsultasikan ke dokter anak atau terapis wicara untuk evaluasi lebih lanjut.

  1. Disertai Keterlambatan Bicara atau Motorik

Jika ileran disertai dengan tanda-tanda keterlambatan bicara, kesulitan makan, tersedak saat minum, atau gerakan motorik yang tidak sesuai dengan usianya, bisa jadi ada gangguan neurologis atau sensorik-motorik yang memengaruhi kontrol mulut.

  1. Menyebabkan Ruam, Iritasi, atau Luka di Sekitar Mulut

Air liur yang terus-menerus membasahi area dagu, leher, dan mulut bisa menyebabkan iritasi kulit atau bahkan infeksi. Jika muncul ruam yang parah, kemerahan, atau luka terbuka, segera lakukan penanganan untuk mencegah infeksi sekunder.

  1. Air Liur Berbau atau Kental

Jika air liur anak tampak lebih kental dari biasanya, berwarna aneh, atau berbau menyengat, ini bisa menandakan adanya infeksi di rongga mulut atau saluran pernapasan atas. Perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter untuk memastikan penyebabnya.

  1. Mengganggu Aktivitas Sehari-hari

Apabila ileran sampai membuat anak kesulitan berbicara, makan, atau merasa tidak nyaman saat bermain dan bersosialisasi, maka hal ini bukan lagi sekadar fase perkembangan biasa, melainkan masalah fungsional yang memerlukan intervensi.

Cara Mengatasi Anak yang Sering Ileran

Mengatasi kebiasaan ileran pada anak memerlukan pendekatan yang sesuai dengan usia dan penyebabnya. Pada sebagian besar kasus, ileran merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang akan membaik dengan sendirinya. Namun, jika berlangsung terlalu lama atau menimbulkan masalah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu mengurangi frekuensinya:

  1. Latih Keterampilan Motorik Mulut

Melatih otot mulut anak sangat penting untuk meningkatkan kontrol terhadap air liur. Beberapa latihan sederhana yang bisa dilakukan di rumah antara lain:

  • Meniup peluit atau balon
  • Mengisap menggunakan sedotan
  • Berkumur secara rutin (bisa dilakukan setelah usia 2 tahun)
  • Mengunyah makanan bertekstur (misalnya wortel kukus atau roti kering)

Latihan-latihan ini membantu memperkuat otot bibir, lidah, dan pipi sehingga anak dapat menelan air liur dengan lebih baik.

  1. Berikan Rangsangan Sensorik yang Positif

Stimulasi area wajah dan mulut melalui mainan sensorik, pijatan ringan, atau aktivitas makan bisa membantu meningkatkan kesadaran anak terhadap keberadaan air liur. Rangsangan ini juga membantu anak mengenali kapan harus menelan.

  1. Gunakan Celemek atau Bib Khusus

Untuk anak yang masih sering ileran, terutama saat tumbuh gigi, penggunaan celemek atau kain pelindung (bib) bisa mencegah iritasi kulit akibat air liur yang menempel terlalu lama. Pilih bahan yang lembut dan cepat menyerap.

  1. Jaga Kebersihan dan Kesehatan Mulut

Pastikan kebersihan rongga mulut anak selalu terjaga. Gusi yang meradang atau sariawan bisa membuat anak enggan menelan, sehingga air liur keluar lebih banyak. Sikat gigi secara rutin dan gunakan kasa steril untuk membersihkan gusi bayi yang belum tumbuh gigi.

  1. Konsultasi dengan Terapis Wicara

Jika anak berusia lebih dari 4 tahun masih sering ileran dan disertai kesulitan bicara atau makan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan terapis wicara atau okupasi. Mereka dapat melakukan penilaian oromotor dan memberikan terapi yang sesuai, seperti:

  • Oral motor therapy untuk meningkatkan koordinasi otot mulut
  • Sensory integration therapy jika ada sensitivitas di sekitar wajah dan mulut
  • Latihan menelan yang diajarkan secara bertahap
  1. Evaluasi Medis Jika Diperlukan

Jika drooling tidak membaik setelah intervensi dasar, atau bila dicurigai ada kondisi medis tertentu seperti gangguan neurologis, segera konsultasikan ke dokter anak atau neurologi pediatrik. Pemeriksaan lebih lanjut akan membantu menentukan penyebab dan penanganan yang tepat, seperti pemberian obat, terapi khusus, atau penanganan adenoid/amandel jika terkait dengan pernapasan.

Baca Juga: Mengapa Oral Hygiene Penting untuk Kesehatan Gigi?

Mengeluarkan air liur secara berlebihan adalah hal yang umum terjadi pada bayi dan balita, terutama saat tumbuh gigi atau otot mulut mereka belum berkembang sempurna. Namun, penting bagi orang tua untuk mengenali kapan kondisi ini merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang normal dan kapan perlu diwaspadai sebagai tanda adanya gangguan medis. Dengan pengawasan, latihan, dan dukungan yang tepat, kebiasaan ngiler pada anak dapat dikelola dengan baik hingga akhirnya menghilang seiring waktu.

Artikel Lainnya yang Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *